Malam

(Rabiah Al-‘Adawiyah)

Bintang di langit gemerlapan Orang telah bertiduran Pintu-pintu telah ditutup Pecinta telah menyendiri

Ketika aku ada di hadirat-Mu Sampai fajar menyingsing Siang segera menampakkan diri Aku gelisah soal amalanku

Bila diterima aku bahagia Bila ditolak aku sedih Demi kekuasann-Mu Kau beri aku kehidupan

Jangan usir aku dari pintu-Mu Aku tak akan pergi Karena cintaku kepada-Mu Telah memenuhi lorong hatiku

Cinta (Imam Ali bin Abi Thalib)

Cinta itu api, Apapun yang dilewatinya akan terbakar Cinta itu cahaya, Apapun yang dikenainya akan bersinar Cinta itu langit, Apapun yang dibawahnya akan ditutupinya Cinta itu seperti air…. denganya hidup segalanya, seperti bumi cinta dapat menumbuhkan segalanya..!!!

BANGUN dan bangkitlah Robohkan pondasi istana kaum kaya Didihkan darah kaum tertindas dengan api iman Ajarlah burung pipit berani melawan elang Saat rakyat berdaulat sudah dekat Hapuskan sisa-sisa hukum dan kebiasaan masa lalu Buanglah bulir gandum dan kebiasaan masa lalu Buanglah bulir gandum di tegalan Yang gagal memberi kehidupan kaum tani Kemudian arahkan pandang kepada para pendeta Dan singkirkan mereka dari gereja Sebab mereka berdiri bagai tirai besi yang memisahkan Tuhan dan manusia Padamkan lampu di semua kuil dan masjid Karena mereka mencoba menipu Tuhan dan berhala-berhala Dengan sujud dan bicara tanpa makna Aku muak dengan kemegahan palsu kuil pualam Bangunkan aku kuil dari tanah (Sir Muhammad Iqbal)Ya Allah, Tuhan orang-orang yang terampas! Engkau hendak merahmati Orang-orang yang terampas di dunia ini, Orang kebanyak yang bernasib tak berdaya Dan kehilangan hidup, Orang yang diperbudak sejarah, Korban-korban penindasan Dan penjarahan waktu, Orang-orang celaka di atas bumi ini, Menjadi pemimpin-pemimpin umat manusia Dan pewaris-pewaris bumi. Sekarang sudah tiba waktunya Dan orang-orang terampas di atas bumi ini Merupakan pengharapan akan janji-Mu (Ali Shari’ati)Di dalam bumi jauh, di sana Aku hidup antara logam tibar atau batu Menghirup semerbak bunga warna-warni Berkelana dengan kebuasan dan berjam-jam mengembara Di bumi, di udara, di wilayah samudra Ketika kelahiran baru menjelang Aku menyelam dan melayang Aku melata dan berlarian

Dan seluruh zatku pun tumbuh terbentuk Dalam sebuah bentuk kelahiran mereka semua Dan lihatlah itu seorang manusia Dan kemudian tujuanku Di atas awan-awan, di atas langit biru Daerah kekal tak mengenai maut memburu Ibarat malaikat; tak terikat waktu Walau siang dan malam berlalu Lewat hidup dan maut, gelap dan nyata Tempat semula asal semesta Sebagai Yang Tunggal dan Yang Segala (Mawlana Jalalluddin Rumi)

Lenin di Hadapan Tuhan (Sir Muhammad Iqbal)Wujud dan sifat-Mu, Tuhan Meruang di segala bidang Jadi ruh di dunia ini Betapa aku akan tahu selagi akal masih berputar Apakah kau ada atau tak ada Siapakah gerangan yang mendengar musik penciptaan semua ini Peneliti bunga atau penghitung bintang? Hari ini kutengok kerajaan dan negara Yang bagiku hanya tipu daya kaum gereja Sedang kami terpuruk, di penjara siang dan malam Kau, pencipta dan kekal, pesona sang zaman Tuhan, luangkan waktu sekejap menjawab pertanyaanku Yang selama ini membuat penasaran para cerdik pandai Tuhan…., selagi aku masih hidup dinaungi atap langit Hatiku gelisah penasaran Diamuk pikiran demi pikiran dalam jiwaku Tak ada satu negara pun yang sedang diperbincangkanya Siapakah sebenarnya manusia itu Yang bertuhan kepada-Mu Itukah mahkluk yang dibentuk dari debu kolong langit-Mu ini: Seorang Prancis pucat dewa sang timur Logam berkilau dewa negeri magribi Dimanakah nyala terang pelita ilmu Gelap gulita oleh sumber kehidupan! Dalam kesyahduan, bujuk, dan senang gembira Bank berkilau melebihi kilau Rumah-Mu, Tuhan, Mereka bermain dengan batu-batu dadu Untung untuk seorang, celaka bagi ribuan orang ilmu, filsafat, kuliah, dan konstitusi mengajarkan kesetaraan manusia, tapi menghisap darah bersenang-senang telanjang mabuk kepayang, kebutuhan dan menganggur itulah kemengan gemilang negeri magribi! Amboi.. benua tak kunjung diberkahi cahaya nazari Hasil kerisnya bergantung pada uap dan listrik Alat-alat itu dipuja dan dirawat Bagai beban bertambah berat Pemain catur kehilangan rencana dan siasat Dan jari-jari si Tua Bangka lemah menadahkan mangkuk Wajah senjakala magribi dicat merah Mukjizat anggur dalam kendi selalu mengimbau: Yang Maha Kuasa, Yang Adil, KAU! Betapa pahit zaman ini pahit Terhambar jam dan waktu buruh, Kini terikat dalam dunia-Mu Bilakah runtuh dan karam “kapal kerajan emas ini?” DUNIAMU HARI PEMBALASAN-MU, TUHAN BERDIRI DAN MENUNGGU!